Ini salah satu pengalaman traveling yang ngga bakal saya lupakan! Wisata ke Papua, melihat budaya dan gaya hidup warga Papua yang masih asli dan otentik! Pokoknya bikin bangga sama bangsa Indonesia.
Lokasi & Biaya
Lokasi wisata Papua : Desa Wisata Suroba, Distrik Kurulu, Wamena, Papua Biaya tur : Rp 9,500,000 (tur 5 hari 4 malam, termasuk tiket PP pesawat Jayapura-Wamena, penginapan, konsumsi dan biaya mengikuti Festival Budaya Lembah Baliem) *harga bisa berubah tiap waktu
Di sela-sela riuhnya Festival Lembah Baliem selama 3 hari di Wamena, tim Indonesia Trip menyelipkan agenda seru yaitu mengunjungi desa wisata Papua yang bernama Desa Suroba. Desa wisata ini berada di Distrik Kurulu, Wamena dan masih di Lembah Baliem. Perjalanan dari penginapan di pusat kota Wamena ke desa wisata ini sekitar dua jam dengan medan jalan berbatu. Begitu sampai di Desa Suroba, kami terkejut dengan penyambutan yang WARBIYAZA!
Aksi perang-perangan untuk menyambut tamu, bikin tegang!
Gelaran Sambutan Tak Terlupakan!
YASSS! Pertunjukkan simulasi perang antara suku SAKSES menggetarkan hati dan jari untuk terus menjepret kamera. Inti cerita dari simulasi perang yaitu balas dendam atas terbunuhnya seorang anak oleh suku lain. Puas dengan aksi penyambutan, kami para turis lanjut terkejut saat Pak Yali sang kepala suku menghampiri dan dengan sangat ramah menyapa kami semua. Salute Pak Yali 🙂
Saking terpesona dengan aksi penyambutan yang sungguh kolosal, saya baru sadar kalau para kaum hawa tidak terlihat saat itu. Hmmm, rupanya ada aksi penyambutan berikutnya di area perumahan, yang kali ini melibatkan para wanita dan anak-anak. AW, bocah-bocah Papua ternyata cute sangat! Btw, mohon maaf kalau foto yang saya pajang berkesan tidak senonoh. Tapi begitulah cara mereka berpakaian 🙂
Pria, wanita, anak-anak melakukan tarian sambutan
Saatnya Mingle Dengan Suku Asli Papua
Menghabiskan setengah hari bersama penduduk Desa Wisata Suroba di Wamena sangat berkesan. Selain sikap mereka yang super friendly, mereka pun sangat suka mengobrol sehingga kami tidak segan dan sungkan. Saya juga mampir ke salah satu honai tempat tinggal para penduduk lelaki yang masih muda dan milenial seperti saya.
Kongkow sejenak di Honai, rumah asli suku Papua
Di tengah kehidupan yang menurut saya jauh dari teknologi, ternyata mereka mengenal internet dengan cukup baik. Dua anak Pak Yali malah sudah sukses meniti karir sebagai polisi di kota besar. Obrolan penuh kesan saya tutup dengan foto bersama bendera merah putih, mumpung masih dalam bulannya perayaan kemerdekaan Indonesia.
Jamuan Makan Unik Dengan Bakar Batu?
Btw, kamu pernah mendengar kebiasaan “bakar batu”? Mungkin ngga lazim, tapi di Papua, bakar batu jadi cara unik dan enak buat memasak. Di kunjungan wisata ini, kebiasaan bakar batu ini jadi atraksi spesial buat kami. Menu masakan kali ini adalah ayam ungkep, jagung dan ubi manis yang nyam-nyam dan pastinya sehat karena tidak menggunakan tambahan bumbu apa pun. Mereka langsung membakar semua bahan di dalam tanah.
Proses bakar batu
Membenam batu panas dalam tanah
Menimbun daging & sayur untuk dimasak
Siap menyantap hidangan!
Proses bakar batu dan memasak ini menghabiskan waktu satu jam. Sementara menahan perut yang sudah berontak, saya bergeser untuk melihat hasil kerajinan tangan penduduk yang bisa dibeli untuk oleh-oleh. Harga yang ditawarkan emang WOW sih, tapi masih bisa nego kok 🙂
Souvenir dan pernak pernik siap dibawa jadi oleh-oleh
Setelah kenyang, panitia tur mengajak kami pamit dan kembali ke pusat kota Wamena. Padahal belum puas lhow foto-foto dan melihat antusias bocah-bocah di sana. Pak Yali menyalami kami satu-satu dan ada satu nasihat yang beliau bisikkan ke tiap turis. “Biarpun kita beda ras atau suku, tapi damai tetep nomor satu”. Biar wisata Papua makin pol, mesti juga hadir ke Festival Lembah Baliem yang digelar tiap bulan Agustus.
Ya ampunnn…. Itu ayam bakar batu rasanya gimana sih??? Gw penasaran… Range harga oleh-olehnya berapa, om?
Enak kok hehehe walau aga watir awalnya. Kalau souvenir asli sana dihargain mulai 250 ribu. Semua hasil karya tangan suku lokalnya 🙂