Tana Toraja sangat kesohor dengan wisata ziarahnya. Walau berkesan mistis, tapi kekayaan budaya di Tana Toraja sangat menakjubkan dan pernah diusulkan menjadi warisan budaya dunia. Kalau tertarik berwisata ke Tana Toraja, ini informasi dan panduannya. Semoga bermanfaat.
Rute & Transportasi Menuju Tana Toraja Dari Makassar
Harga Tiket Bis Ke Tana Toraja Dari Makassar
Tips Berwisata Dengan Bis Ke Tana Toraja
Jika niat ke Toraja sudah genap, pastikan fisik juga sehat. Perjalanan Makassar – Toraja yang full 9 jam ini penuh liku, berkelok-kelok, kaya kehidupan para artis yang sarat akan drama. Turunan dan tanjakan curam, disertai belokan tajam membuat perut berasa martabak, yang sedang dibolak balik oleh tukangnya.
Saran saya, makanlah minimal satu atau dua jam sebelumnya supaya ngga masuk angin di dalam bis ber-AC ini. Makan terlalu dekat dengan waktu berangkat pun bisa bikin perut mual lho. Terlelap selama perjalanan jadi cara cucho buat menghindari rasa mual dan ingin muntah!
Kekayaan Budaya Tana Toraja
Angkutan umum memang tersedia, tapi sangat jarang yang menjangkau lokasi-lokasi legendaris! Nih, saya kasih driver rekomendasi ciamik yang namanya Mas Ucok. Membantah dikira asli Medan, Mas Ucok yang memang dari lahir diberi nama demikian pun sangat fasih berkisah secara detil soal budaya Toraja plus rute-rute tujuan wisata. Biaya sewa mobil Avanza, plus BBM dan fee driver menurut saya fair yaitu Rp 400 ribu/hari. Feel free to contact him ya di 0852 4308 7705.
Sesampainya di Toraja, fokus saya langsung ke “Tebing Mayat” yang kesohor hingga mancanegara. Tapi sang driver yang baik meminta saya untuk tenang dan menikmati pemandangan selama perjalanan. Sambil menyupir santai, Mas Ucok si driver pun bercerita banyak soal budaya Toraja. Ngga heran tempat pemakaman jadi pusat keriaan utama bagi para turis di sini, karena Toraja memang terkenal dengan upacara kematian juga pemakamannya. Ngga salah kan kalau saya sebut wisata ziarah sebagai judul cerita ini 😀
Mengenal Kerbau & Patani Di Toraja
Selama melancong di Toraja, biasakan diri untuk sering menemui dua hal yakni: kerbau dan Patani. Saya rasa ngga perlu mendefinisikan kerbau untuk kamu, tapi Patani? Bukan Pak Tani yang eksis di persawahan, tapi rumah kecil yang dipakai warga lokal untuk menaruh peti mayat orang tersayang. Di depan pintu untuk memasukkan peti biasanya dipajang foto mendiang plus bebungaan. Desain atapnya pun dibuat serupa dengan rumah adat khas Toraja. Lalu kenapa kerbau harus ikutan eksis juga sich!? Karena kerbau adalah simbol status sosial di sini!
Yap, kerbau menjadi kurban wajib saat keluarga dari kalangan bangsawan menggelar upacara pemakaman. Sedikitnya 40 bahkan ratusan kerbau bisa terlibat dalam seremoni relijius ini. Makin banyak kerbau yang dikurbankan, menandakan tingginya status sosial si penyelenggara. Ngomong-ngomong, satu kerbau “kelas biasa” aja harus dibeli seharga minimal 20 jutaan. Belum lagi keharusan menyembelih kerbau dengan corak kulit istimewa yang dilabel ratusan juta rupiah! Ngga heran kalau upacara adat yang bisa berhari-hari ini menyedot perhatian penuh para pendatang.
Eksplor Juga Wilayah Toraja Yang Ini!
Rute wisata di Toraja ini layaknya sebatang magnet yaitu: kutub utara dan selatan. Mas Ucok menyarankan untuk berkendara ke Utara terlebih dahulu, karena di sana ada Bukit Tumonga yang pemandangannya endah rupawan bak negeri di awan. Sawah-sawah bertingkat yang terhampar dengan aksen unik bebatuan besar, tak henti membuat saya takjub. Belum lagi selingan Patani dan batu besar yang dijadikan makam, membuat “gatal” untuk berfoto ria.
Gimana, sudah tergugah untuk tandang ke Toraja atau belum? Kalau belum, cerita lanjutan saya di Toraja Utara mungkin bisa menggelitik selera bertualang kamu 😀 Baca part 2 di sini